SEJARAH BERDIRINYA GEREJA PENTAKOSTA INDONESIA I. PENDAHULUAN Sejarah Gereja Pentakosta Indonesia tidak dapat dipisahkan dari riwayat pendirinya yaitu Pendeta Evangelis Renatus Siburian. Pendeta Siburian adalah satu-satunya pioner gerakan Pentakosta yang paling berhasil dan pertama di daerah Tapanuli Utara khususnya dan kemudian Sumatera Utara. Perjuangannya menyebarkan Injil dari hanya seorang tamatan Sekolah Alkitab yang bersaksi dari rumah ke rumah, dari dusun ke dusun diberkati Tuhan menjadi ratusan ribu orang yang telah diselamatkan dan puluhan organisasi gereja aliran Roh Kudus yang independen di Sumatera Utara. Dalam kesibukannya sebagai penginjil dan perintis gereja dia mengalami banyak cobaan dalam hidupnya tetapi semua itu dapat dilaluinya oleh karena Tuhannya yang telah memanggil dia dalam perjuangan salib selalu memberikan kekuatan dan jalan keluar. Dalam tugasnya sebagai penginjil pernah dia tidak melihat anaknya meninggal, sebanyak tiga kali, sebab kesibukannya untuk mengemban tugas yang dipikulkan Tuhan Yesus kepadanya adalah segala-galanya, bagaimanapun pada waktu dia sedang menginjil di tempat-tempat terpencil. Ditangkap oleh Pemerintahan Jepang oleh karena injil, kemudian dikucilkan dari kehidupan masyarakat karena dianggap membawa ajaran yang unconventional, tidak cocok dengan doktrin yang sudah ada pada waktu itu. Sebab Pendeta Renatus Siburian adalah perintis pertama ajaran Pentakosta di daerah Tapanuli Utara.Hinaan dan segala macam hambatan tidak pernah menghalangi Pendeta ini untuk menyebarkan Injil, bahkan pernah pula orang menuduh dan menganggap bahwa Pendeta Siburian sebenarnya menyebarkan agama yang baru yaitu agama Siburian, sebab kemanapun dia menginjil ratusan orang akan dibabtis, di setiap kampung kemana dia menginjil pasti hampir seluruh penduduk akan datang mengunjungi Kebaktian Kebangunan Rohaninya, yang unik bahwa setelah KKR yang selalu diadakan di luar rumah misalnya di halaman, di lapangan terbuka dan di pasar-pasar umum, maka sering pula diadakan tanya jawab tentang ajaran Pentakosta dan tentang isi Alkitab. Babtisan massal selalu diadakan di tempat terbuka, di sungai, di kolam, di danau atau di tempat-tempat sejenis itu, sehingga tetap dapat disaksikan oleh banyak orang. Bukan lagi berita bahwa banyak dari mereka yang dibabtis tadi adalah orang yang kebetulan lewat pada waktu upacara babtisan diadakan dan hanya sekedar ingin tahu apa yang terjadi, tetapi oleh karena Roh Kudus bekerja, orang-orang yang hanya melihat-lihat tadi malah menyerahkan dirinya untuk dibabtis. Dalam pekerjaannya sebagai pembabtis air, sudah puluhan ribu orang yang dibabtiskannya. Banyaknya orang yang dibabtiskan dalam upacara babtisan tadi sangat bervariasi, antara 100 sampai 1200 orang dalam setiap upacara babtisan. Itulah sebabnya Pendeta Siburian selalu dibantu 4 sampai 12 orang Pendeta pada waktu acara pembabtisan diadakan. Orang yang sangat sederhana dan rendah hati, tetapi sangat tegas dan keras dalam hal disiplin. Dia tidak pernah mau menonjolkan dirinya secara menyolok. Banyak Pendeta semasa hidupnya berkata supaya dia membuat satu buku biographi, karena itu sangat berguna bagi penerusnya. Tetapi dia hanya menjawab; "Segala apa yang saya kerjakan sudah tercata seluruhnya di sorga". Satu kali dia tertawa dan tersenyum simpul ketika seorang Pendeta mengklaim bahwa dialah perintis satu-satunya dari aliran Pentakosta di Tapanuli/ Sumatera Utara. Padahal Pendeta itu sendiri adalah anak rohani Pendeta Siburian bahkan Pendeta Siburian sendirilah yang membabtisnya. Tidak heran kalau Pendeta Renatus Siburian tidak seberapa dikenal di luar lingkungan penginjilannya, sebab dia tidak pernah berencana supaya menjadi orang yang terkenal. II. KEKELUARGAAN Pendeta Ev. Renatus Siburian lahir pada tanggal 19 Oktober 1914 di Paranginan Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Dia adalah anak ke enam dari 7 bersaudara. Abangnya Pendeta Siburian adalah seorang perintis pentakostawi juga di Tapanuli utara dan pernah bekerjasama dalam penginjilan sebelum membentuk organisasi gerejanya sendiri. Istrinya yaitu Ibu boru Siahaan yang selalu setia mendampingi Bapak Pendeta melahirkan 9 orang anak, tetapi 5 daripadanya dipanggil Tuhan ketika masih kanak-kanak/bayi. Dan 4 orang lagi terdiri dari 2 orang laki-laki dan 2 orang perempuan, yaitu: 1. Rev.M.H. Siburian 2. Lamria Siburian 3. Nursalam Siburian 4. Bresman Siburian III. PENDIDIKAN 1. Tahun 1921 � 1930 : Tamatan Sekolah Inggris 2. Tahun 1936 akhir : Tamatan Sekolah Alkitab Jalan Embong Malang, Surabaya dengan gurunya Pendeta W. Patterson. IV. PEKERJAAN 1. Tahun 1931 � 1935 Bekerja sebagai pegawai perusahaan NKPM di Palembang, dan saat itulah dia bertobat. Dia menjadi anggota muda-mudi gereja di bawah pimpinan Pendeta Siwi. 2. Tahun 1935 Meninggalkan pekerjaannya di perusahaan minyak dan pergi ke Surabaya untuk masuk sekolah Alkitab karena merasa terpanggil untuk menginjil. 3. Tahun 1937 Setelah selesai Sekolah Alkitab, diangkat menjadi Evangelist oleh Hof Bestur De Pinster Kerk untuk daerah kerja Noort, Sumatera, sambil menunggu hasil permohonan izinnya yang diajukan ke Gubernur General yaitu Rechtperson 177 sesuai dengan permohonan. 4. Tahun 1937 Sambil menunggu hasil permohonan, Pendeta Renatus Siburian menginjil ke tanah Karo bekerjasama dengan Pendeta Purba setelah Pendeta Siburian kembali dari Malaysia/Malaka. 5. Akhir tahun 1938 Menginjil dan membuka gereja di Berastagi, tetapi mendapat halangan dari Pemerintah Belanda karena besleit atau izin untuk menginjil belum juga dikeluarkan oleh Gubernur General. Setelah mendapat halangan dari Pemerintah Belanda di Berastagi, Pendeta Siburian pindah ke kota Medan ibukota Sumatera Utara untuk menginjil. Hanya beberapa bulan di sana banyak yang telah bertobat dan berhasil membuka siding yang semua anggotanya terdiri dari orang Tionghoa. Di sini pemerintah Belanda kembali memanggil Pendeta Siburian dan menyatakan bahwa dia tidak boleh membuka siding di kota itu karena besleit, izin penginjil tidak ada atau belum keluar dari Gubernur. 6. Tahun 1939 Oleh karena tekanan Pemerintah Belanda pada Pendeta Siburian sedah begitu gencar, maka Pendeta Siburian pindah ke satu kota kecil bernama Kisaran, dan bekerja sebagai guru agama di gereja HCB (Huria Christian Batak) satu gereja beraliran Protestan. Dengan demikian dia dapat melakukan kegiatan penginjilannya di sekitar daerah itu dengan gerakan Roh Kudus di daerah Asahan dan Labuhan batu. Bahkan pada saat itu banyak orang yang dibabtiskannya (babtisan selam) termasuk beberapa anggota gereja HCB tadi. 7. Tahun 1941 Oleh karena merasa gerakan penginjilannya terbatas di daerah tersebut lebih sebagai guru agama HCB, maka beliau menuju kota Balige di Tapanuli Utara, dan mulai mengadakan gerakan penginjilan di daerah itu. Kemudian daripada itu Pendeta Simanjuntak dating dan beliau bekerjasama dengan Pendeta Siburian. Sementara itu izin dari Gubernur General tidak dapat diharapkan lagi bias diterima oleh Pendeta Siburian sebab Pemerintah Belanda telah mencapnya sebagai Nasionalist, yang pada waktu itu sangat dibenci oleh Belanda. Sampai saat itu Pendeta Siburian belum lagi membuka organisasi agama walaupun sebenarnya orang yang bertobt sudah demikian banyak. Pada mulanya Pendeta Siburian beranggapan bahwa tidak perlu untuk membuka organisasi agama, yang penting adalah menginjil. Tetapi masalah yang timbul adalah bahwa orang-orang yang telah bertobat tadi yang telah dibabtis yang jumlahnya sudah ribuan orang , tidak mempunyai tempat peribadahan yang tetap. Sebab sudah sudah tentu tidak diterima lagi di dalam gereja asalnya kalau dahulu mereka mempunyai gereja asal. Demikian juga bagi mereka yang bertobat dari sipelebegu (animisme), mereka menginginkan tempat tertentu unutk beribadah. Selain itu mereka yang telah bertobat tadi banyak yang sudah dikucilkan dari addat masyarakat kampung dan organisasi desa sebab mereka dianggap manusia aneh, dengan cara mereka beribadah, tepuk tangan dalam puji-pujian, berdoa dengan suara yang kuat, dan lebih mementingkan pekerjaan Tuhan dari lainnya. Hal yang baru ini belum dapat diterima banyak orang pada waktu itu. Sehingga pengucilan kepada orang-orang lahir baru ini terjadi hampir di segala pelosok. 8. Tahun 1942 Barulah pada tahun ini Pendeta Siburian membentuk suatu organisasi keagamaan yang dinamakan "Gereja Pentakosta Tanah Batak Tapanuli" . Ini dimungkinkan karena pada waktu itu adalah peralihan pemerintahan Belanda ke pemerintahan Jepang. Itulah sebabnya semasa hidupnya Pendeta Siburian berkata bahwa Kemerdekaan Indonesia baginya sangat mendalam sekali. Oleh karena kemerdekaanlah maka dia dapat hidup sebagai orang yang mempunyai hak untuk dapat menganut dan menjalankan tugas Injilnya dengan baik. Dan organisasi gereja ini adalah independent, tidak berafiliasi dengan organisasi lain. Ada yang beranggapan bahwa gereja ini berinduk kepada GPDI, hal ini tidak benar, sebab gereja yang dibentuk ini tidak pernah mendaftarkan diri kepadda organisasi lain. Ketuanyapun pada waktu pendirian organisasi gereja itu adalah Pendeta Renatus Siburian. Organisasi Gereja Pentakosta ini pertama kali didirikan di Paranginan, Tapanuli Utara. Sejak itu penginjilan dengan nama Gereja Pentakosta ini mengembang sampai ke seluruh pelosok Tapanuli Utara. Boleh dikatakan tidak ada pelosok Tapanuli Utara yang tidak dijelajahi untuk menyebarkan Injil Yesus. Gereja ini berkembang dengan baik dan kemudian menyabar sampai ke Sumatera Timur. Pada waktu penyebaran Injil dan perkembangan gereja ini , tidak sedikit percobaan. Pemerintah Jepang mulai dipengaruhi oleh orang-orang tertentu supaya Gereja Pentakosta ditutup saja. Sebab dari satu Gereja yang didirikan sekarang sudah ratusan gereja yang dibuka. Dan ini terjadi pula di daerah Simalungun dimana banyak gereja di bawah pimpinan Pendeta Siburian ditutup oleh pemerintah Jepang, tetapi setelah Pendeta Siburian menghadap Gudsebu Pemerintahan Jepang kemudian diizinkan untuk membuka kembali. Pengembangan penginjilan yang demikian pesat adalah ditunjang oleh banyaknya tanda-tanda heran dan mujizat yang terjadi di setiap kebaktian massal (KKR) maupun kebaktian rutin. Gereja ini berkembang menjadi Evangelical Church yang murni. Gereja tersebut berkembang menjadi geraja Injili yang fungsinya bukan lagi hanya menampung orang-orang percaya tetapi menjadi pusat gerakan penginjilan di seluruh Tanah Batak dan kemudian Sumatera Timur (sekarang masuk Sumatera Utara). Gereja ini tentu menjadi penggerak penginjilan pentakostawi. 9. Tahun 1944 Gereja Pentakosta Tapanuli ini mengadakan synode yang langsung dipimpin oleh Pendeta Renatus Siburian. Melihat perkembangan yang sudah melebar sampai luar Tapanuli (kabupaten) maka di synode itu diputuskan untuk mengganti nama gereja ini menjadi Gereja Pentakosta Sumatera Utara (Sumatera Utara adalah propinsi). 10. Tahun 1945 Pendeta Siburian mendaftarkan organisasi gereja ini ke Pemerintah Republik Indonesia di pulau Jawa melalui Jawatan agama Tapanuli/ Pulau Jawa. Visi Pendeta Siburian mengenai gereja ini terbuka, ketika dia sadar bahwa gereja ini bisa berkembang ke segala pelosok. Pada mulanya dia berpikir bahwa gerakan ini hanya terjadi di sekitar Tapanulia saja. Namun Tuhan bermaaksud lain, dan ini dengan cepat disadari. Penginjilan ini tidak dapat dibatasi oleh garis perbatasan daerah, sebab penginjilan ini adalah untuk semua manusia. 11. Tahun 1948 Gereja Pentakosta Sumatera Utara mengadakan Synode (dipimpin oleh Pendeta Ev. R Siburian ) yang diadakan di kota Balige Tapanuli Utara dan juga memutuskan nama Gereja Pentakosta Sumatera Utara menjadi Gereja Penakosta Indonesia, yang dipakai sampai sekarang .Belakangan hari ada orang yang memakai nama Organisasi Gereja Pentakosta Sumatera Utara, tetapi itu bukanlah lanjutan dari Gereja Pentakosta Sumatera Utara yang didirikan oleh Pendeta Siburian tetapi orang yang keluar atau memisahkan diri dari gereja pimpinan pendeta Siburian mendirikan gereja yang bernama tersebut. 12. Tahun 1950 Pendeta Siburian sebagai ketua Gereja ini, kembali mendaftarkan Organisasi Gereja ini ke pemerintahan R.I.di Jakarta dan mendapat Surat Pengukuhan dari menteri kehakiman dan Kementerian Agama di Jakarta. No D/11/13176 tertanggal 24 September 1951dari kementerian Agama, dan No 1A 5/114/21 tertanggal24-9-1952, dari Departemen Kehakiman. 13. Tahun 1959 Rombongan Pendeta Siburian mengadakan kunjungan Penginjilan ke Pulau Nias sebuah pulau yang pada waktu itu ditempum empat hari naik kapal kecil lautan Hindia. mereka menginjil dan membuka Gereja disana bersama -sama dengan penduduk setempat antara lain Pendeta Harefa..Sekarang Gereja Pentakosta Indonesia ada 172 sidang di pulau tersebut. 14 Tangal. 20 Juni 1987 Hamba Tuhan Pendeta Evanggelis Renatus Siburian dipanggil oleh Tuhan Yesus di Soga untuk beritirahat dari segala kesusahan dan perjuangan salibnya di atas bumi ini. Dia telah menyelesaikan pekerjaan dan panggilannya dengan baik dan penuh pengabdian. Dia meninggalkan begitu besar pekerjaan untuk kita , dan dia ingin agar kita yang ditinggalkannya dapat meneladaninya sebagaimana dia telah meneladani Kristus. Ketika upacara pengebumiannya diadakan, lebih dari 12.000 orang yang hadir dan ribuan orang yang hadir siang malam di rumah duka (selama 4 hari) untuk mengucapka salam akir mereka kepada Bapak Rohani umat Pentakosta. 15. Gereja Pentakosta Indonesia ketika Pdt. Ev. R. Siburian meninggal: * Jemaat sebanyak 670 sidang di 11 propinsi * Pendeta sebanyak 130 orang * Guru Injil, Sintua, Penginjil sebanyak 2500 orang 16. Kegiatan-kegiatan lain: * Pendiri dan Ketua Gereja Pentakosta Indonesia sampai akhir hayatnya. * Mendirikan Organisasi Karyawan Umat Pentakosta indonesia yang disingkat OKUPI , organisasi pendukung GOLKAR. * Tahun 1962 sebagai sponsor Persekutuan Pendeta-Pendeta aliran Roh Kudus Seluruh Indonesia dan juga menjadi Ketua Kerjasma Pendeta-Pendeta Aliran Roh Kudus. * Tahun 1964 menjadi Ketua I Dewan Kerjasama Gereja Pentakosta Indonesia. * Tahun 1970 menghadiri konfrensi Gereja Aliran Pentakosta sedunia di Dallas Amerika Serikat. * Ketua Dewan Pantekosta Indonesia Tk. I Sumatera Utara sampai akhir hayatnya. * Ketua Dewan Pertimbangan Rohani Dewan Pantekosta Indonesia * Tahuhn 1982 mengadakan kunjungan penginjilan ke Malaysia dan Singapura. * Mendirikan Sekolah Pembangunan Kasih. * Mendirikan Sekolah Alkitab Gereja Pentakosta Indonesia (SEAGPI). V. SEKARANG Gereja Pentakosta Indonesia sekarang berjumlah 1015 Gereja dan di semua propinsi di Indonesia, bahkan dalam perkembangan selanjutnya, Gereja Pentakosta Indonesia segera akan mengembangkan misinya ke luar negeri.
0 komentar:
Posting Komentar