#4 | |
3. Prinsip-prinsip Berpacaran Dalam menentukan teman hidup kita bekerjasama dengan Allah. Allah telah menyediakan bagi kita seorang teman hidup yang sesuai dengan rencanaNya. Tetapi untuk mengetahui orang seperti apa yang Tuhan akan berikan kepada kita, maka kita harus tahu prinsip-prinsip dasar dalam memilih pacar yang berkenan di hadapan Tuhan. Prinsip ini harus kita pegang teguh, jangan sampai kita menjadi ragu-ragu dan mulai bingung apakah kita mau berpacaran dengan si A atau dengan si B. Banyak hal yang harus kita perhatikan dalam memilih pacar. 3.1. Seiman dan Seimbang 2 Korintus 6:14 menuliskan: Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang yang tidak percaya. Hal ini sangat penting sekali untuk diingat oleh setiap anak Tuhan. Kita harus berani berkata tidak dengan orang yang tidak seiman. Mengapa harus seiman? Karena dalam keluarga Kristiani, Kristuslah yang menjadi kepala dalam keluarga. Dengan dasar iman kita banyak membuat keputusan. Contoh yang sangat mudah, bila suatu saat kita dipecat dari pekerjaan. Orang beriman akan datang kepada Tuhan dan berdoa, tetapi orang tidak beriman bisa sampai bunuh diri karena putus asa. Kita sebagai anak Tuhan tidak bisa selalu sejalan dengan yang bukan anak Tuhan, maka akan terjadi banyak masalah di kemudian hari. Seringkali orang berkata, “Ya nanti saya injili dia.” Hati-hati dengan hal ini, bila kita tidak kuat bisa-bisa kita yang mundur dari Tuhan. Jangan pakai pacaran sebagai media untuk penginjilan. Hal itu sangat beresiko tinggi. Lalu apa yang dimaksud dengan seimbang? Seimbang disini berarti pasangan kita sama-sama punya kerinduan untuk bertumbuh di dalam Tuhan. Karena sekarang ini banyak sekali orang Kristen KTP. Orang Kristen KTP bukanlah orang Kristen yang sungguh-sungguh, jadi hampir sama saja dengan orang yang bukan Kristen dan akhirnya kita akan menemukan masalah-masalah yang sama seperti bila kita berpacaran dengan orang yang tidak seiman. 3.2. Pakailah Akal Sehat Kejadian 24:14 menulis demikian: Kiranya terjadilah begini: anak gadis, kepada siapa aku berkata: Tolong miringkan buyungmu itu, supaya aku minum, dan yang menjawab: Minumlah, dan unta-untamu juga akan kuberi minum; dialah kiranya yang Kautentukan bagi hamba-Mu, Ishak; maka dengan begitu akan kuketahui, bahwa Engkau telah menunjukkan kasih setia-Mu kepada tuanku itu. Ayat ini memperlihatkan bahwa Eliazar, hamba Abraham yang mendapat tugas mencarikan isteri untuk Ishak memakan akal sehatnya. Ia mencari seorang wanita yang baik, yang rajin bekerja, yang mau menolong dan murah hati. Orang bilang “Love is blind”. Hal ini tidak berlaku buat anak-anak Tuhan. Justru dalam masa pacaran kita harus mengenali pasangan kita dengan sungguh-sungguh. Kita buka mata kita terhadap semua sifat-sifat pasangan kita baik itu yang positif maupun yang negatif. Bila kita pakai prinsip “Love is blind” maka kita tidak boleh bersedih bila nanti kita baru tau bahwa pasangan kita malas luar biasa. Jangan sampai kita harus mencucurkan banyak airmata hanya karena kalimat “Love is blind” ini. 3.3. Membangun Kerohanian Kita Hal yang satu ini seringkali terlupakan oleh kita. Padahal banyak sekali orang yang setelah berpacaran malah lupa sama Tuhan. Malam minggu yang biasanya datang ke persekutuan pemuda remaja, maka setelah punya pacar selalu bisa ditemui di bioskop atau di mall bersama pacarnya. Allah menciptakan Hawa untuk melengkapi Adam, sehingga mereka berdua bisa saling memebantu dan menopang hingga menjadi pribadi yang serupa dan segambar dengan Allah. Jadi perlu kita teliti, apakah pacar kita bisa membawa kita semakin dekat kepada Allah atau justru malah menjauh dari Allah? 3.4. Hidup Kudus 1 Tesalonika 4:3 mengatakan: Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan. Percabulan bukan dosa terhadap orang lain tetapi terhadap diri sendiri (1 Korintus 6:18). Masalah ini sudah sempat dibahas sedikit di bagian sebelumnya. Bahwa hubungan seks hanyalah untuk pasangan suami isteri yang telah diberkati Tuhan dalam pernikahan kudus. Lalu mulai muncul pertanyaan-pertanyaan, “Kalau begitu sampai dimana kami boleh berpacaran? Pegangan tangan boleh tidak? Pelukan boleh tidak? Ciuman bagaimana?” Alkitab tidak menuliskan secara hurufiah apakah pegangan tangan, pelukan atau ciuman itu berdosa atau tidak. Tetapi kita berpegangan tangan itu atas dasar dorongan seksual. Ada keinginan untuk menyentuh pasangan kita. Dan suatu saat pegangan tangan tidak cukup, maka mulai berpelukan. Hingga satu saat berpelukan pun tidak cukup, mulailah ciuman. Dan si Iblis sudah menunggu di dekat kita, siap menangkap kita dalam dosa hubungan seks diluar nikah. | |
#5 | |
Gambar dibawah ini memperlihatkan proses tindakan seksual dalam berpacaran. Bagi anak-anak wanita Kristen hal ini sangat penting sekali, bahwa seorang wanita harus bisa menghargai dirinya terlebih dahulu, maka pria akan menghargainya. Berhubungan dengan hal ini ada baiknya bila pacaran dibangun atas dasar persahabatan yang murni. Karena seorang sahabat mengasihi tidak dengan nafsu dan kasih eros. Sehingga ia tidak akan berniat untuk merugikan atau menyakiti pasangannya apalagi melakukan pelecehan seksual. | |